Oleh : Rifa Fauziah, S.Pd (Guru Bahasa Jepang SMA Taruna Bakti)
Pulau Kyūshū secara harfiah berarti “sembilan provinsi”. Kyūshū adalah pulau terbesar ketiga di negara Jepang yang letaknya paling selatan dan barat dari keempat pulau utama negara Jepang. Luasnya 35.640 km². Di Pulau Kyushu banyak sekali gunung. Gunung berapi aktif terbesar di Jepang berada di kepulauan Kyushu, salah satunya Gunung Unzen. Di Beppu Oita yang setiap bulan April selalu diadakan “Ogiyama Himatsuri” (Festival Api Gunung Ogi), yaitu menampilkan Gunung api Ogi yang indah di langit pada malam hari dengan cara membakar gunung. Ada banyak tanda aktivitas tektonik lainnya, termasuk banyak daerah pemandian air panas. Pemandian yang terkenal dari semuanya ada di Beppu, di timur laut, dan Aso yang letaknya di Kyushu tengah. Daerah Kyushu mempunyai tujuh perfektur di pulau Kyushu, yaitu Fukuoka, Kagoshima, Kumamoto, Miyazaki, Nagasaki, Oita, dan Saga. Kota utama di pulau ini adalah Fukuoka, sebuah pelabuhan dan pusat utama industri berat. Pelabuhan utama terletak di Nagasaki. Kyushu mempunyai banyak kota besar. Yang terbesar adalah Fukuoka, kota terbesar kedelapan di Jepang. Berikutnya adalah Kitakyushu, kota terpadat kesembilan di negara Jepang. Selain itu, ada Nagasaki, tempat jatuhnya bom atom yang mengakhiri Perang Dunia II pada tahun 1945. Saat itu kami mengunjungi kota Beppu di Oita kepulauan Kyushu. Kota Beppu, terletak di bagian Timur prefektur Oita.
Pagi itu, kami bersiap untuk pergi menuju sebuah tempat di atas bukit di kota Beppu, Kepulauan Kyushu. Cuaca pagi itu kira-kira 5 derajat celcius. Jelas sangat jauh berbeda dengan cuaca di kota kelahiranku, Bandung. Tujuan kami selanjutnya adalah Universitas Asia Pasifik di Beppu, Oita. Universitas Asia Pasifik dikenal dengan sebutan APU. Di sana kami mendapat materi baru, masih berhubungan dengan pembelajaran Bahasa jepang. Cuaca dingin pagi itu membuat kami agak sedikit mengantuk dan lapar. Setelah kurang lebih 2 jam kami menerima materi tentang Bahasa Jepang, tiba saatnya untuk kami makan siang. Tepat pukul 12.30 waktu jepang, kami menuju kantin di kampus APU. Rasa was-was menghampiri, khawatir tidak menemukan makanan halal saat itu. Tapi saya teringat kalau APU adalah kampus yang tidak dikhususkan hanya untuk orang jepang saja. Benar saja, ketika menuju kantin banyak ditemukan makanan dari berbagai negara dan tertulis jelas kata halal di sana. Aa,ii desu. (Ungkapan lega dalam Bahasa jepang). Rasanya lega ketika menemukan makanan halal yang tertuliskan muslim friendly menu.
Seperti kita ketahui bahwa Negara Jepang bukanlah negara muslim sehingga agak sulit bagi kami untuk dapat menemukan makanan berlabel halal.
Ritsumeikan Asia Pacific University atau disingkat APU, merupakan universitas swasta yang terletak di Beppu, Prefektur Oita, Jepang. APU merupakan kampus cabang yang bertaraf internasional dari Universitas Ritsumeikan yang berada di Kyoto. Di kampus APU, saya bertemu dengan beberapa orang teman mahasiswa. Salah satunya Shibasaki Mizuho, penduduk asli jepang yang baru saja melanjutkan studinya di kampus APU. Kami pun saling berbincang beberapa hal. Dengan ramahnya dia menjawab semua pertanyaan kami kala itu. Salah satunya bagaimana cara mereka bisa melanjutkan studinya di kampus APU. Dia bilang, pada saat melamar beasiswa di APU, tiga hal utama yang dilihat APU sebagai pemberi beasiswa adalah nilai akademik, tulisan atau essay, dan interview. Saya menuliskan tentang kampus APU sama sekali bukan karena endorse, namun karena terpesona melihat letak kampusnya yang berada di kaki bukit sehingga pemandangan indah terlihat jelas dari kampus APU. Luar biasa, takjubnya melihat pemandangan indah dari kampus APU.
Di kampus APU, kita tidak perlu khawatir tidak bisa berbahasa Jepang, karena perkuliahan di APU menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantarnya. Yang justru perlu diperhatikan adalah proses seleksi beasiswa APU karena sangat ditentukan berdasarkan kualitas dokumen si pelamar. Kebanyakan mahasiswa APU tinggal di asrama dekat kampus. Mereka biasanya berjalan kaki saat akan pergi menuju kampus. Kebanyakan dari mereka tinggal di Downtown Apartement. Ada juga yang naik bis dan sepeda saat akan pergi menuju kampus APU.
Untuk beberapa orang yang pernah ke Jepang atau pernah menjelajah negara jepang pasti sudah tidak asing ketika mendengar kota Beppu, Oita. Ketika masuk kota ini, dari kejauhan sudah terlihat banyak asap mengepul tinggi. Itu berarti di tempat tersebut ada onsen (pemandian air panas). Kota ini sangat terkenal dengan pemandian air panas atau dalam bahasa jepangnya disebut onsen. Di sana terdapat banyak sekali onsen. Sama seperti Ciater Subang, tempatnya ramai pengunjung. Terlebih lagi jika berkunjung di akhir pekan.
Saat itu, saya sempat merasakan air panas onsen meskipun hanya merendam bagian kakinya saja, atau dalam Bahasa Jepang disebut ashiyu ( foot baths onsen).
Ashiyu atau dalam bahasa Jepang ditulis “足湯” dan memiliki arti “ashi” atau “kaki” dan “yu” atau “air panas”. Kamu bisa merendam kaki di foot baths yang mudah ditemukan di ruang publik. Seperti di area stasiun, taman, rest area dan di sekitar onsen. Tak perlu merogoh dompet dalam-dalam, foot baths ini banyak yang gratis. Dan telah menjadi fasilitas umum yang bisa diakses oleh siapa saja. Kalaupun ada yang memasang tarif, hanya perlu membayar sekitar 200 Yen atau setara dengan Rp. 24.000,00. Jika tertarik untuk menikmati Ashiyu ini caranya mudah. Hanya perlu melepas kaos kaki dan alas kaki tanpa perlu membasuhnya. Lalu, lipat celana hingga ke lutut dan barulah merendam kaki. Jangan lupa bawa handuk untuk mengeringkan kaki. Jika tidak, bisa beli handuk di sekitar ashiyu yang biasanya juga punya desain unik. Karena lokasinya berada di tempat umum, ashiyu sering jadi rujukan untuk para traveler yang kelelahan. Ashiyu bisa mengobati rasa lelah setelah seharian jalan kaki mengunjungi tempat-tempat wisata di Jepang.
Untuk bisa masuk ke Onsen (pemandian air panas) ini, kita membutuhkan biaya sekitar 100 yen atau setara dengan Rp 12.000,00. Ada juga yang biayanya 1000 yen atau setara dengan Rp120.000,00. Jika memang tertarik untuk bisa masuk ke dalam onsen. Berarti kita harus menyingkirkan rasa malu. Sebab aturan untuk bisa masuk ke dalam onsen, yaitu sama sekali tidak diperkenankan untuk memakai sehelai kain pun. Bagi saya sangatlah tabu untuk bisa melakukan hal tersebut. Tapi jika sudah membaca sedikit pengalaman saya ini. Saya menyarankan cobalah hal-hal baru dalam hidupmu. Dan singkirkanlah rasa malu yang ada pada dirimu. Ungkapan tersebut tidak berguna bagi saya yang sangat menjunjung tinggi adat ketimuran.